Sabtu, 25 Oktober 2014

Cerpen



Menerima Segalanya
(Oleh : Natali Devi)

Suatu pagi aku terduduk diatas kursi dengan meja bundar yang dialasi rajutan berwarna merah muda, dengan segelas susu dan makanan ringan yang telah tertata rapi setiap pagi di meja itu.  Tersentak aku seketika, lalu semuanya hilang, tak ada lagi susu dan makanan diatas meja itu. Semuanya hanya bayangan hari-hari sebelumnya, dimana ibuku selalu menyiapkannya untuk kami semua. Kini semuanya berubah drastis, aku harus bisa menyipakan makanan sendiri, mencuci sendiri, menyetrika sendiri, semuanya sendiri.  Hingga keadaanlah yang menuntutku untuk harus menjadi anak yang mandiri.
Semula keluarga ku adalah keluarga yang sangat harmonis menurut ku, tetapi lambat laun keharmonisan itu seakan semakin luntur. Kini semuanya berubah sejak kehadiran seseorang di kehidupan kami, dia menghancurkan semua kebahagian yang selama ini kami rajut cukup lama.  Sejak saat itu selalu terjadi pertengkaran di rumah. Terkadang ibuku sering melampiaskan kemarahanya kepada kami karena kelakuan ayah. Pertengkaran yang selalu terjadi kerap kali membuat aku merasa sedih, marah, dan kesal, aku bahkan tidak menghiraukan lagi pelajaran disekolah, aku menjadi seorang pribadi yang malas dan keras kepala, aku bahkan tidak betah di rumah karena bosan melihat ibu dan ayahku yang kerap kali bertengkar. Pertengkaran itu pun kini berujung pada perpisahan yang tak begitu kupahami. Di hadapan teman-temanku, seringkali aku menyembunyikan keadaan dan tidak menjadi diriku sendiri,  aku mamasang senyum palsu penuh dengan muka ceria penuh canda tawa yang tegar, dan bertingkah seolah tak ada masalah sedikitpun, Bahkan Teman-temanku sendiri tak ada yang tau mengenai masalah yang sedang ku hadapi, ak juga tak ingin merasa dikasihani dengan kondisi yang demikian.
Saat malam tiba, dimana kondisi yang sangat tidak mengenakkan bagiku, kesepian menghantui ku, aku sangat benci dengan kondisi demikian, karena seringkali mengingatkanku pada masa-masa sebelumnya, masa-masa yang sangat menyenangkan didalam hidupku, dimana tidak ada pertengkaran, tidak ada perpisahan, tidak ada keheningan saat malam, seperti yang kualami saai ini. Aku seringkali tertunduk menangisi keadaan dan mengeluh, “Ya allah betapa berat cobaan yang aku hadapi”, aku ingin kembali ke masa-masa yang dulu, aku tak sanggup lagi, aku merasa iri dengan teman-temanku yang beruntung memiliki sebuah keluarga yang harmonis, yang hanya tinggal kenangan bagiku.
Kini semuanya semakin terasa rumit, lambat-laum permasalahan semakin bertambah. Perpisahan yang terjadi antara keduanya kini semakin jelas. Mereka sudah resmi bercerai. Pupus harapanku untuk mengembalikan keadaan seperti semula, semuanya hanya tinggal kenangan yang akan menjadi mimpi dan takkan pernah terulang kembali. Kondisi yang demikian membuat nilaiku semakin menurun, pada mulanya aku selalu mendapat peringkat tiga besar, namun kini aku tidak mendapat peringkat sama sekali. Hal itu membuat ku merasa semakin terpuruk. Hingga pada suatu keheningan malam Entah apa yang telah membuatku terhentak bangun dengan deraian air mata yang dengan sendirinya mengalir keluar dari mataku. Membuatku tertunduk bisu hingga terfikir di benakku dan menyadari “ya Allah apa yang telah kulakukan selama ini”, aku tak pernah bersyukur atas nikmatmu, aku selalu mengeluh kepadamu dan menangisi keadaan, yang jelas-jelas tak bermanfaat untukku, yang bahkan akan membuatku semakin terpuruk. Air mata ku seolah tak mau berhenti ketika mengadukan segalah resah dan gelisa itu. Kesadaranku seolah lahir kembali. Meskipun masalah yang kuhadapi besar, aku memiliki Tuhan Yang Maha Besar.
Alhamdulilah sejak saat itu aku seolah bangkit dari keterpurukan dan memulai kehidupan baru kembali. Aku harus bisa menerima segalanya yang telah terjadi. Berusaha mengambil hikmah dari peristiwa yang telah ku alami, serta ikhlas menjalani apa yang sudah menjadi ketentuaan dan takdir hidup, mungkin rencana tuhan akan lebih baik untukku nantinya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar